Pembangunan Desa Harus Berbasis Peradaban

Pembangunan Desa Harus Berbasis Peradaban Samsul Widodo, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT /Foto: Kemendes.

JAKARTA-Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, menyampaikan bahwa pembangunan desa harus sesuai dengan perkembangan budaya dan peradaban manusia.

“Pembangunan desa harus dilakukan berbasiskan peradaban, jadi pembangunan tidak boleh meninggalkan kebudayaan," ucap Menteri Abdul Halim Iskandar dalam pembukaan Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) 2019, Kamis (05/12/2019), di Sarinah Building, Jakarta.

"Pembangunan desa harus juga mengembangkan kebudayaan yang sudah ada, yang terus menerus diturunkan di setiap generasi,” imbuhnya dalam kegitan bertajuk tajuk “Green Sustainable” itu.

Ditjen PDT Samsul Widodo yang juga ketua panitia gelaran Eco Fashion Week Indonesia 2019 dalam sambutannya menyampaikan, acara ini bertujuan untuk mengangkat produk tenun dari dari daerah tertinggal menuju pasar yang lebih luas.

“Proses dari pewaranaan alami pada produk tenun-tenun tersebut dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Pewarnaan Alam: Jendela Menuju Mode Berkelanjutan”, ungkap Samsul.

Dijelaskan Samsul, Eco Fashion Week Indonesia mengusung konsep live in designer dengan mendatangkan langsung designer kondang Merdi Sihombing untuk bisa tinggal bersama para penenun di daerah tertinggal selama 1 minggu. 

"Selama kurun waktu itulah para penenun langsung belajar bagaimana cara pewarnaan alam dan pembuatan motif tenun terbaru dari designer. Untuk tahun 2019, produk tenun dan kerajinan yang akan ditampilkan berasal dari 5 daerah tertinggal yaitu Lombok Tengah, Donggala, Nias Selatan, Timor Tengah Selatan," katanya.

Untuk diketahui, kegiatan tersebut merupakan program khusus untuk mengembangkan tenun di daerah tertinggal yang digagas sejak Tahun 2018 oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT.

Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini diselenggarakan atas kerjasama Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT dengan Yayasan Merdi Sihombing dan lembaga penyelenggara Eco Fashion Week Indonesia.

Tujuannya, agar tenun dikembangkan dan dipromosikan dalam model baru melalui program EFWI yang merupakan satu rangkaian dari program live in designer, sehingga tenun Indonesia dapat berkembang lebih optimal, terutama pada aspek promosi dan pemasaran.

Live in designer merupakan program pelatihan bagi para penenun lokal dimana seorang designer tinggal bersama mereka, dan mengajari proses menenun yang benar serta mengajak mereka untuk back to nature dalam menggunakan bahan dan pewarna alami (natural dye).

Hasil dari pelatihan ini selanjutnya di tampilkan dan di promosikan dalam event eco fashion. 

Kegiatan Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) pertama kali dilaksanakan pada November 2018 di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.

Setelah itu, kegiatan ini merambah ke tujuh ajang internasional eco fashion bergengsi lainnya pada Tahun 2019, dengan harapan tenun Indonesia dapat lebih dikenal dan dapat diterima di pasar fashion lokal dan dunia.

Sebanyak 50 koleksi tenun tradisional asli Indonesia ditampilkan dalam kegiatan EFWI 2019 tersebut, berasal dari 4 kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Donggala, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Rangkaian kegiatan lainnya adalah peragaan busana, talkshow, workshop, serta pameran dan penjualan produk eco-fashion di pop-up store Sarinah Mall hingga launching buku Pewarna Alam: Jendela Menuju Mode Berkelanjutan.