Waspadai Perang Sindir soal Pilpres di Kediri

Waspadai Perang Sindir soal Pilpres di Kediri Ilustrasi perang sindir di media sosial, Foto: Reuters/Dado Ruvic

Kediri - Warga Kediri, Jawa Timur diimbau untuk mewaspadai perang sindir baik secara langsung maupun tak langsung melalui jejaring media sosial jelang Pemilu 2019 demi keutuhan bangsa dan negara.

Masyarakat setempat juga diminta agar tidak mudah terpengaruh berbagai hasutan di media sosial, dan dianjurkan agar informasi yang diterima diklarifikasi terlebih dahulu.

"Kota Kediri adalah salah satu kota yang paling kondusif di Indonesia. Suasana kondusif ini tidak lepas dari peran semua pihak FKUB/PAUB-PK, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kami ingin semua berperan dalam menjaga kondusifitas di kota ini, Kediri bisa menjadi kota yang paling kondusif, tidak terpengaruh dengan hal yang tidak benar," kata Sekretaris Daerah Kota Kediri Budwi Sunu di Kediri, Kamis (29/11).

Ia mengatakan selama ini situasi dan kondisi di Kediri relatif terjaga. Bahkan, komunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) / Paguyuban Antarumat Beragama dan Penghayat Kepercayaan (PAUB-PK) Kota Kediri cukup baik.

Selain komunikasi yang cukup intensif, pemerintah kota juga sering mengadakan kegiatan bersama.

Salah satu contohnya adalah kegiatan dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Kediri, seluruh umat juga mengikuti doa bersama di Balai Kota Kediri, sebagai pengharapan agar Kediri selalu aman dan kondusif.

"Kami selalu mengimbau masyarakat agar mewaspadai berita hoaks atau berita tidak benar yang mungkin ada di media sosial," ujarnya.

Hal senada diungkap Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar bahwa saat ini banyak akun media sosial yang bersifat anonim (bukan akun yang menggunakan nama asli).

Bahkan penggunaan akun itu juga dimanfaatkan untuk kepentingan politik.

"Sekarang ini banyak momentum yang digunakan untuk politik. Pesta demokrasi itu kita memilih pemimpin, memilih partai politik yang sesuai dengan pilihan kita. Tapi tidak usah saling sindir. Hal yang dibangun adalah kedewasaan, yakni dewasa dalam berpolitik," ujarnya.