Pemkot Malang Perlu Selamatkan Museum Bentoel

Pemkot Malang Perlu Selamatkan Museum Bentoel Museum Bentoel, Kota Malang, Jawa Timur/Foto: Bayu Firdaus.

MALANG-Museum Sejarah Bentoel di Kota Malang, Jawa Timur, menyimpan sejarah perjalanan industri rokok di wilayah tersebut.

Kota Malang merupakan salah satu kota penting di Indonesia terkait dengan sejarah perjalanan rokok kretek. 

Museum Sejarah Bentoel awalnya merupakan rumah milik Ong Hok Liong yang dipergunakan untuk memulai bisnis pembuatan rokok pada 1925.

Koleksi museum tersebut menggambarkan perjuangan sosok Ong Hok Liong dalam memulai bisnis rokok saat itu.

Namun, museum tersebut dijual, dan tiada lagi barang-barang yang berada karena telah dipindahkan pada Agustus 2019.

Pun dengan patung perunggu Ong Hok Liong (1893-1967) pendiri PT Bentoel yang tak tamppak di teras museum itu.

Bentoel sendiri telah dibeli oleh perusahaan tembakau terbesar kedua di dunia British American Tobacco plc pada 2009.

Pada 2010 penggabungan dimulai dengan PT BAT Indonesia Tbk menjadi Bentoel Group.

Selama ini pengelolaan Museum Sejarah Bentoel yang ditutup mulai Agustus 2019 itu berada di bawah Bentoel Group.

Kini, museum yang terletak di Jalan Wiromargo Nomor 32 Kota Malang tersebut sudah terlihat sepi dan ditutup.

Di bagian tembok bangunan utama tersebut, terpampang poster dengan tulisan "Dijual" beserta nomor telepon yang bisa dihubungi.

Menanggapi hal itu, Ketua Komunitas Jelajah Jejak Malang, Restu Respati mengatakan Kota Malang merupakan salah satu kota penting di Indonesia terkait dengan sejarah rokok kretek.

Pemkot Malang dimintanya segera mengambil langkah dialog terkait rencana penjualan museum tersebut sehingga bisa diselamatkan.

"Peran pemerintah dibutuhkan dalam mengurai masalah ini. Harus ada dialog dengan manajemen Bentoel," kata Restu, di Kota Malang, Jawa Timur, Senin (09/09).

Bila permasalahan penjualan Museum Sejarah Bentoel tersebut terkait dengan biaya operasional, maka, penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bentoel Group sesungguhnya bisa menjadi solusi.

"Jika penjualan terkait dengan kebijakan perusahaan, saya rasa masih bisa dibicarakan. Namun, jika terkait operasional, hemat saya bisa diakomodir oleh dana CSR perusahaan," tutup Restu. (Ant)