Menulis Berarti Mengabadikan Kehidupan

Menulis Berarti Mengabadikan Kehidupan Menulis dengan mesin ketik tua/ Foto: Pixabay

Situbondo-Menulis, apapun bentuknya berarti mengabadikan kehidupan pelakunya. Menulis berarti mengabadikan pemikiran karena karya warisan penulis akan terus dijadikan referensi oleh segala generasi.

"Jadi kalau kita kelak meninggalkan dunia fana ini, tulisan kita tetap ada. Itu yang saya maksud mengabadikan kehidupan," kata pakar sastra dari Ponorogo Dr Sutejo pada workshop kepenulisan dalam ajang Muktamar Sastra Nusantara di Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (20/12).

Dosen sastra pada STKIP PGRI Ponorogo, Jawa Timur ini kemudian mengutip pernyataan sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan, sepandai apapun seseorang tidak akan ada artinya jika tidak mengabadikan karyanya dalam bentuk tulisan.

Penggagas Sekolah Literasi Gratis (SLG) Ponorogo itu lantas membuka "kunci" agar para santri dan generasi muda lainnya, memiliki kemampuan menulis, yakni KM sama dengan L kali N. KM artinya kemahiran menulis, L itu latihan dan N jumlah dari L yang tidak terhitung.

"Tapi kita jangan fokus di berapa kalinya latihan. Fokus saja pada latihan yang terus menerus itu. Nanti kemampuan atau kemahiran akan muncul," kata penulis produktif yang menghasilkan karya artikel dan fiksi ini.

Pada pelatihan yang diikuti siswa SMA dan mahasiswa Universitas Ibrahimy Situbondo itu, peserta sangat antusias ketika dibuka sesi tanya jawab. Namun, Sutejo menyayangkan waktu yang terlalu singkat dari pelatihan itu.

"Selain itu menurut saya untuk anak SMA materi penulisan tentang artikel itu kurang efektif. Kalau ke karya fiksi baru tepat. Anak-anak pasti pernah baca cerpen atau puisi. Dari membaca karya orang itu anak-anak bisa belajar," kata mantan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ponorogo tersebut.

Muktamar Sastra yang digagas Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy itu didukung oleh LTN NU Jatim dan TV9 Nusantara. Acara itu dihadiri ratusan sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia.