Jurus Dewanti Rumpoko Hijaukan Kota Batu

Jurus Dewanti Rumpoko Hijaukan Kota Batu Wali Kota Batu, Jawa Timur (kanan) Dewanti Rumpoko saat lakukan penanaman umbi kentang di Desa Sumber Brantas/Foto: @BPPT_RI

JAKARTA-Kota Batu, Jawa Timur, bertekad menjaga ekosistem dengan menetapkan ruang pembangunan hanya 20 persen dari luas wilayah kota.

Hal itu tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu.

"Kami menjaga itu memang 20 persen saja. RTRW sudah menjelaskan itu semua. Itu ruang hijau, itu yang boleh (dibangun), semua sudah ada di RTRW," kata Dewanti Rumpoko di Jakarta, Rabu (18/12).

Selama 18 tahun, kata dia, berpisah dari Kota Malang, Kota Batu telah menetapkan wilayahnya khusus untuk pertanian dan pariwisata.

Dengan luas wilayah kurang lebih 200 kilometer persegi, sekitar 60 persennya merupakan wilayah Perhutani dan Kawasan Hutan Lindung.

Sisa 40 persen wilayah kemudian ditetapkan dalam Perda RTRW, sebanyak 20 persen ditetapkan untuk daerah pertanian sehingga hanya 20 persen yang dapat dijadikan wilayah permukiman dan pembangunan.

Dewanti Rumpoko mengaku aturan tersebut dibuat untuk menjaga ekosistem di wilayah Kota Batu.

"Ini kami jaga, supaya daerah pertanian itu tidak terkikis apalagi habis," kata dia.

BACA JUGA:
Kota Batu Sambut Pembangunan Kereta Gantung
LSM Antikorupsi Malang Soroti PAD Kota Batu

Di saat pembangunan infrastruktur menjadi primadona di sejumlah wilayah perkotaan lain, Kota Batu justru tetap menjaga wilayahnya menjadi sentra pertanian agar sumber-sumber mata air di Kota Batu tidak tercemar.

"Banyak sumber-sumber mata air termasuk sumber mata air Sungai Brantas ada di situ. Ketika kami tidak menjaga lingkungan, kami mengaliri 16-17 kota di sekitar kami dengan air tidak sehat. Selain itu, nanti sumber mata air bisa berkurang debit airnya. Itu tidak boleh terjadi," kata Dewanti.

Dewanti mengatakan, sulit untuk mengubah Perda RTRW itu, karena selain harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah juga pemerintah telah mengantisipasi agar masyarakat bertahan di sektor hijau.

"Anak muda milenial kami latih untuk bergerak di sektor pertanian dan pariwisata. Kami melakukan sosialisasi kepada pemuda-pemudi agar mau menjadi petani dan kami bantu," tutupnya.