Pabrik Kereta Banyuwangi Adopsi Arsitektur Suku Osing

Pabrik Kereta Banyuwangi Adopsi Arsitektur Suku Osing Rumah Adat Suku Osin, Banyuwangi, Jatim. (Foto: Facebook/Pesantogan Kemangi Desa Adat Kemiren)

Banyuwangi - Pabrik PT Industri Kereta Api (Inka) di Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim), bakal mengadopsi kearifan lokal, memakai arsitektur Suku Osing. Pun menggunakan desain yang diajukan arsitek Denny Gondo.

"Tetap dengan konsep arsitektur hijau yang ramah lingkungan dan hemat energi, seperti ruang publik lain yang ada di Banyuwangi, seperti terminal, bandara, dan pendopo," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Minggu (24/2).

Kesepakatan dicapai usai dirinya bertemu dengan direksi Inka dan Denny Gondo. Pembahasan desain pabrik sempat molor, sehingga rencana peletakan batu pertama, Januari 2019, tertunda.

Baca: PT Inka Bangun Pabrik Kereta Banyuwangi pada 24 Januari

Desain bangunan yang diajukan PT Inka sempat ditolak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Dasarnya, kurang kental nuansa kearifan lokalnya. Karenanya, pemkab mengajukan revisi dan penambahan pada desain awal.

"Ini adalah cara untuk menitipkan peradaban dan kebudayaan Banyuwangi di tengah kemajuan ekonomi. Bagi kami, bangunan yang memperhatikan nilai sejarah dan budaya, akan bernilai estetika dan arsitektur tinggi," beber dia.

"Sehingga, dapat mendukung pariwisata daerah, karena bisa dijadikan alternatif destinasi wisata maupun edukasi bagi masyarakat. Termasuk bangunan pabrik ini," imbuh politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan umum, Cipta Karya, dan Penataan Ruang (PUCKPR) Banyuwangi, Mujiono, menambahkan, bangunan pabrik akan menggabungkan unsur air, udara, dan sinar matahari. Bakal memakai atap transparan dan banyak kisi-kisi.

"Selain membantu sirkulasi udara, kisi-kisi juga akan mempercantik wajah bangunan. Jika dilihat dari depan, kisi-kisi ini akan tampak seperti rel kereta api. Sehingga, kesan pabrik keretanya terasa lebih kental," urainya.

Adopsi kearifan lokal rencananya diwujudkan dalam bangunan atap. Dibuat seragam berbentuk limas, menyerupai rumah adat Osing.

Atap diterapkan di seluruh bangunan. Pabrik, kantor, masjid, hingga pusat jajanan serba ada (pujasera). 

Pun akan ada museum kereta api di kompleks pabrik. Museum memamerkan proses pembuatan kereta api secara lengkap lewat miniatur maupun foto-foto.

"Ini usulan Bupati Anas, supaya selain sebagai tempat produksi dan wisata, pabrik juga bisa menjadi pusat edukasi warga tentang industri perkeretaapian," tutup Mujiono.