Fetival Gandrung Sewu Digelar, Warung Rakyat Laris Manis

Fetival Gandrung Sewu Digelar, Warung Rakyat Laris Manis Festival tari Gandrung Sewu, (Foto:Fb)

Banyuwangi - Fetival Gandrung Sewu yang akan digelar besok, Sabtu (20/10), merupakan tari kolosal yang melibatkan lebih dari 1.000 penari yang digelar di bibir Pantai Boom, Banyuwangi.

Festival yang melibatkan 1.200 penari gandrung ini rutin tiap tahun sejak 2011, dan selalu dibanjiri ribuan wisatawan yang terpukau dengan aksi kolosal penari sehingga membuat produk kuliner yang dijual di warung rakyat hingga restoran laris.

"Makanan khas daerah ini sangat beragam, ada menu sarapan, makan siang, hingga kuliner malam hari. Semuanya beda-beda. Tiap tahun kami menggelar festival kuliner untuk meningkatkan daya saing kuliner lokal," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (19/10).

Salah seorang pemilik warung yang mendapat manfaat ekonomi adalah Mujayanah. Warungnya terletak di timur Taman Blambangan dan hanya buka pagi hari dari pukul 06.00-10.00 WIB dengan menu spesial "nasi cawuk".

Mujayanah (53) mengatakan, saat tidak ada festival, dia biasanya hanya menghabiskan lima kilogram beras, tiga kilogram ikan laut, dan empat kilogram telur per hari. Namun, permintaan itu melonjak saat ada Banyuwangi Festival, khususnya Gandrung Sewu.

"Kalau ada acara, dagangan saya lebih laris. Makanya saya selalu mencari informasi jadwal kegiatan daerah. Kalau pas ada jadwal, pasti saya tambahi masaknya. Berasnya bisa habis 8 kilogram, ikan 4 kilogram, dan telur 6 kilogram. Alhamdulillah, habis," katanya.

Kuliner lain Banyuwangi yang diburu adalah pecel pitik, rujak soto, da. nasi tempong. Pecel pitik adalah ayam kampung yang dibakar kemudian disuwir dan dicampur dengan parutan kelapa berbumbu.

Sementara nasi tempong adalah makanan khas Banyuwangi yang terkenal pedasnya. Dalam seporsi nasi tempong terdapat nasi hangat, sayuran rebus, tempe/tahu goreng yang disajikan bersama dengan sambal mentah yang pedas.

Sampai-sampai, orang yang menyantapnya akan merasakan pipinya seperti "ditampar" atau dalam bahasa daerah setempat (Osing) "ditempong".