Kasus Covid-19 Naik, PPKM dan Prokes Jangan Diabaikan

Kasus Covid-19 Naik, PPKM dan Prokes Jangan Diabaikan Ilustrasi jaga jarak cegah Covid-19/Pixabay.

Masyarakat diimbau terus menjalankan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan protokol kesehatan. Sebab, kasus positif Covid-19 di Indonesia masih terus naik.

Pemerintah memberlakukan PPKM di Jawa-Bali mulai 11-25 Januari merespons semakin tingginya kasus Covid-19 di Indonesia. Pembatasan berlaku di beberapa wilayah yang memenuhi kriteria yang sudah pemerintah tetapkan. Namun, setelah lebih dari sepekan PPKM, kasus Covid-19 belum bisa direm. Apa masalahnya?

"Kasus Covid-19 itu meningkat banyak karena masyarakatnya memang abai terhadap protokol kesehatan," kata pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono kepada wartawan, Selasa (19/1/2021).

Menurut Tri Yunis, PPKM yang sekarang berlaku masih skala ringan. Kalau melihat kondisi saat ini, Tri Yunis menilai perlu PPKM skala berat. Per 18 Januari, kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 917.015. 

"Kalau berat itu lockdown, kalau sedang itu PSBB dengan pembatasan sosial yang tinggi, pembatasan sosial bekerja, semuanya harus dibatasi," ujar Tri Yunis.

Menurut dia, pembatasan jumlah pekerja masih perlu. Bahkan Tri Yunis mengusulkan pegawai yang masuk kerja harus di bawah 25%.

Dia berharap semua kalangan disiplin menerapkan kebijakan dari pemerintah dan protokol kesehatan. Kalau tidak, kasus positif akan terus meningkat.

"PPKM ini sudah benar. Tapi jika tidak PSBB sedang atau berat, kasusnya akan terus meningkat. Jadi, pemerintah harus serius PSBB sedang atau berat," tegas Tri Yuni.

Sementara Epidemiolog Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Riris Andono Ahmad mengatakan, meningkatnya kasus positif Covid-19 bisa karena masyarakat tidak disiplin menerapkan PPKM dan protokol kesehatan.

"Bisa kombinasi dari itu," tutur Riris.

Menurut dia, mobilitas masyarakat harus dikurangi untuk menekan kasus positif Covid-19.

"Mobilitas adalah faktor utama penularan. Agar penuluran menurun mobilitas harus dikurangi," kata Riris.