Politik Bukan Faktor Tunggal Pembakaran Polsek di Sampang

Politik Bukan Faktor Tunggal Pembakaran Polsek di Sampang Pengamat Komunikasi Politik Unair Suko Widodo (Sukowi)/Foto: Antara.

JAKARTA-Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo menilai ledakan konflik dan peristiwa politik di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, termasuk pembakaran Kantor Polsek, Tambelangan semalam, Rau (23/05) semalam, merupakan akumulasi berbagai persoalan di wilayah berjulukan Kota Bahari itu.

Baca Juga:
Kotak Suara di Sampang Dibawa Kabur
Dor! Warga Sampang Ditembak karena Rebutan Jadi Saksi

"Ini lahir dari ledakan akumulasi berbagai persoalan di Sampang, Madura. Bukan saja persoalan politik semata, tapi juga ekonomi, menyangkut disparitas, ketertinggalan, dan ketidakadilan," kata dosen yang akrab disapa Sukowi ini dihubungi Jatimpos.id dari Jakarta, Kamis (23/05).

Akumulasi persoalan di atas, sambung Sukowi, menjadi penyulut dan ledakan konflik sosial termasuk insiden pembakaran Kantor Polsek Tambelangan semalam.

"Bila tidak segera diatasi dengan rumusan kebijakan tepat yang mendorong kesejahteraan masyarakat Sampang, maka dimungkinkan peristiwa politik dan sosial kembali terjadi," jelasnya.

Solusinya, kata dia, pemangku kebijakan baik Bupati, DPRD, termasuk Pemprov Jatim saling bersinergi merumuskan kebijakan yang tepat untuk Sampang.

"Ini bisa menjadi perekat sosial. Tokoh agama harus berbicara. DPRD juga harus turun tangan, jangan hanya mengkapitalisasi suara rakyat dan mengemis-ngemis minta suara. Semua harus duduk bersama, lintas sektoral," pungkasnya.

Diketahui, Polda Jatim mengerahkan ratusan personelnya ke Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur menyusul peristiwa pembakaran Polsek Tambelangan yang berlokasi di Jalan Raya Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Rabu (22/05) malam.