Lamongan Jadi Rujukan Stabilisasi Harga Jagung

Lamongan Jadi Rujukan Stabilisasi Harga Jagung Tanaman jagung, foto: Pixabay

Lamongan - Kemenko Perekonomian melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) menunjuk Kab Lamongan, Jawa Timur menjadi wilayah rujukan diskusi stabilisasi harga, terutama jagung karena komoditas itu penyumbang inflasi cukup besar, yaitu 2 persen.

Kabupaten Lamongan dipilih karena produksi jagungnya tertinggi di Jawa Timur, serta komoditas turunannya sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar yang hampir sama dengan beras, yakni sebesar 2 persen.

"Inflasi terjadi bukan hanya karena keterjangkauan harga, namun juga berkaitan erat dengan ketersediaan pasokan serta distribusinya. Sehingga ketika terjadi ketidakseimbangan yang terjadi adalah ancaman inflasi yang tinggi," kata perwakilan Kemenko Perekonomian, Puji Gunawan melalui keterangan persnya di Lamongan, Jumat (23/11). 

Oleh karena itu, Puji ingin ketersediaan jagung di Lamongan mampu menahan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan serta distribusi untuk menghindari inflasi tinggi.

Ia berharap dengan produksi jagung yang tinggi di Lamongan, wilayah itu tidak menjadi penyumbang inflasi yang tinggi, seperti yang pernah terjadi di Medan, yakni penghasil cabai namun juga menjadi penyumbang inflasi terbesar untuk cabai.

"Dari Lamongan ini akan menjadikan input besar bagi TPIP untuk menjadi masukan bagi penyusunan kebijakan selanjutnya," katanya.

Sementara itu, Bupati Lamongan Fadeli mengakui peningkatan produksi jagung di wilayahnya merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani jagung.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistis (BPS) Lamongan, Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Lamongan 2016 sebesar 102, dan naik menjadi menjadi 104 pada 2017.

"Hal ini tidak mudah karena harus mengubah pola pikir petani jagung yang dulu tradisional menjadi modern, yakni melalui penggunaan bibit varietas unggul, perubahan pola tanam, bahkan sampai cara panen," pungkasnya.