Gubernur Jawa Timur dalam kegiatan misi dagang di Provinsi Lampung. Foto Pemprov Jawa Timur

Diplomasi Ekonomi Gubernur Khofifah Dinilai Membumi

Diplomasi Ekonomi Gubernur Khofifah Dinilai Membumi dan Pro Rakyat

Sejak 2019, Jawa Timur telah menggelar 41 misi dagang domestik senilai Rp14,68 triliun dan ekspansi pasar luar negeri Rp1,6 triliun.

Pengamat kebijakan publik Dr. H. Romadlon, M.M menilai langkah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam membangun diplomasi ekonomi memiliki pendekatan yang jarang dilakukan pejabat publik. Bukan melalui meja perundingan yang kaku, tetapi lewat pasar dan interaksi langsung dengan pelaku usaha, UMKM, hingga petani.

Menurut Romadlon, misi dagang dan investasi yang dipimpin Khofifah di Bandar Lampung pada 7 Agustus 2025, dengan transaksi Rp1,055 triliun, menunjukkan strategi ekonomi yang mengakar.

“Angka ini bukan sekadar statistik, tapi simbol kolaborasi antardaerah yang dibangun dengan sentuhan manusiawi, persuasif, dan terencana,” ujarnya, di Surabaya, Senin(11/8).

Romadlon menggarisbawahi pandangan Khofifah yang menempatkan kepercayaan sebagai fondasi perdagangan antarwilayah. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Prof. Ahmad Erani Yustika, bahwa ekonomi tidak cukup dibangun lewat proposal dagang semata, melainkan memerlukan relasi budaya dan pemahaman lokalitas.

Konektivitas untuk Efisiensi Nasional

Romadlon juga menyoroti bagaimana Khofifah menjadikan konektivitas logistik sebagai isu strategis. Dengan biaya logistik nasional mencapai 23% PDB, kerja sama distribusi Surabaya–Lampung dipandang mampu memangkas ongkos dan meningkatkan daya saing produk.

“Ini bukan sekadar urusan transportasi, tapi operasi di jantung masalah ekonomi nasional,” tegasnya.

Ekonomi Gotong Royong

Bagi Romadlon, keberhasilan misi dagang ini juga terletak pada keterlibatan langsung pelaku ekonomi rakyat. Ia mencontohkan Poktan Tunas Harapan Kediri yang berhasil menjual gula merah tebu senilai Rp77,76 miliar ke Lampung. “Inilah model perdagangan yang memberi ruang bagi rakyat kecil menembus pasar antardaerah,” katanya.

Romadlon menilai, kolaborasi antara Lampung sebagai lumbung bahan baku dan Jawa Timur sebagai mesin industri pangan nasional menjadi pilar ketahanan pangan. Dukungan benih, pasokan jagung, dan kerja sama industri pangan akan meredam fluktuasi harga sekaligus menjaga stok nasional.

Dari Angka Menuju Transformasi

Sejak 2019, Jawa Timur telah menggelar 41 misi dagang domestik senilai Rp14,68 triliun dan ekspansi pasar luar negeri Rp1,6 triliun. Bagi Romadlon, langkah ini tidak sekadar menjual, melainkan menanam benih kerja sama jangka panjang dan membangun ekosistem ekonomi berkelanjutan.

“Khofifah membuktikan bahwa kekuatan ekonomi nasional bisa dibangun dari pasar-pasar lokal, gudang kecil, dan tangan petani. Diplomasi ekonomi seperti ini tidak hanya menggerakkan angka, tetapi juga menggerakkan hati rakyat,” tutup Romadlon.

Komentar