Guru Dipolisikan, Eri Cahyadi, Humanis
Makin Banyak Guru Dipolisikan, Eri Cahyadi Menekankan Pendekatan Humanis
Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan Masa Orientasi Orang Tua atau MOOT untuk tingkat PAUD, SD, dan SMP di seluruh wilayah Surabaya, bertempat di SMP Al-Hikmah, pada Minggu (20/7). Acara yang diadakan secara daring maupun luring ini menjadi platform bagi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, untuk menekankan pentingnya peran family, institusi pendidikan, dan masyarakat dalam membentuk karakter generasi muda.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Eri memberikan komentar terkait fenomena di mana banyak guru dilaporkan oleh orang tua ke pihak kepolisian. Ia menunjukkan keprihatinan dan meminta orang tua untuk tidak terburu-buru dalam mengambil langkah hukum.
"Jika seorang guru hanya menegur atau mendisiplinkan siswa, jangan langsung melapor ke polisi. Sebaiknya, ajaklah guru berdialog untuk memahami sumber permasalahannya," ungkap Wali Kota Eri.
Ia berpendapat, guru dan orang tua merupakan mitra dalam proses pendidikan anak. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun komunikasi yang efektif serta saling pengertian.
Meski begitu, Wali Kota Eri juga mengakui, pelaporan ke polisi bisa menjadi langkah yang sesuai jika ada kekerasan fisik yang dilakukan oleh guru. Namun, untuk masalah yang berkaitan dengan disiplin atau kesalahpahaman, ia sangat menganjurkan untuk melakukan dialog dan musyawarah dahulu.
“Baik guru maupun orang tua, mari kita berperan sebagai contoh yang baik bagi anak-anak dan menghindari laporan polisi untuk perselisihan kecil. Kunci untuk menciptakan kerjasama dalam pendidikan adalah komunikasi dan pengertian sehingga anak-anak dapat melihat guru sebagai bagian dari figur orang tua mereka," ajaknya.
Selanjutnya, Wali Kota Eri menjelaskan mengenai konsep "MPLS Ramah" dengan slogan "Sekolahku adalah Rumahku, Guruku adalah Orang Tuaku." Ia menekankan betapa relevannya filosofi ini masih berlaku hingga saat ini, sembari menekankan pentingnya menanamkan rasa hormat kepada guru dan menerapkan disiplin yang dipenuhi kasih sayang.
"Selain orang tua kandung, guru adalah pendidik utama yang berperan penting dalam mengajarkan dan mendidik. Karena itu, kolaborasi antara orang tua dan guru dalam menerapkan disiplin kepada anak amatlah diperlukan," ujarnya.
Wali Kota Eri juga mengajak orang tua untuk berintrospeksi jika anak-anak terlibat dalam perilaku negatif.
"Jika anak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah seperti geng motor, penggunaan alkohol, atau bullying di sekolah, jangan hanya menyalahkan anak. Mari kita introspeksi diri sebagai orang tua, apa kelemahan atau kesalahan yang mungkin telah kita buat," tambahnya.
Melalui kegiatan MOOT, Wali Kota Eri optimis bahwa pembentukan moral dan akhlak anak berdasarkan nilai-nilai agama serta Tujuh Praktik Baik Indonesia Hebat akan menjadi landasan yang kuat sejalan dengan Pancasila. Ia meyakini bahwa ini akan mengubah Surabaya menjadi kota yang aman dari perundungan, geng motor, dan alkohol.
"Melalui kolaborasi antara orang tua dan sekolah, diharapkan dapat terbentuk karakter anak-anak Surabaya, dari PAUD, SD, hingga SMP, menjadi pribadi yang saleh/salihah, berkapasitas luar biasa, dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat," tuturnya.
Sebagai informasi, dalam acara tersebut, Pemkot Surabaya secara simbolis mendampingi Satuan Gugus Tugas Kampung Pancasila Kecamatan Wonokromo untuk menyerahkan perlengkapan sekolah kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Sumber: Kominfojatimprov
Komentar