Politisasi Agama 'Kompori' Emosi Publik

Politik harus jadi ekspresi pemikiran dan tidak boleh dibawa jadi ekspresi perasaan melalui politisasi agama.
Jumat, 05 Apr 2019 18:20 WIB Author - Fathor Rasi

Jakarta-Pascareformasi harusnya politik tumbuh menjadi peradaban yang lahir dari pemikiran. Bukan sebaliknya, politik digiring pada ekspresi perasaan melalui politisasi agama.

Yang membuat kenapa simbolisasi agama jadi sedemikian marak, karena ruang politik kita digiring ke ekspresi perasaan, kata Dzul Fikar Ahmad, Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah dalam diskusi bertema Pilpres dan Politisasi Simbol Agamadi Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (04/04).

Menurutnya, politik harus jadi ekspresi pemikiran dan tidak boleh dibawa jadi ekspresi perasaan melalui politisasi agama.

Karena dibawa ke ekspresi pemikiran yang lahir adalah narasi dan gagasan. Kalau dibawa ke ruang emosi justru akan melahirkan emosi, ujarnya.

Politik, sambung dia, penting untuk dibawa ke ruang ekspresi pemikiran. Supaya politik betul-betul tujuan akhirnya pada kemanusiaan, sehingga kita bisa menekan pragmatisme dalam politik, pungkasnya.

Baca juga :