Rommy Effect Diprediksi Makin Kencang

Rommy Effect Diprediksi Makin Kencang Romahurmuziy alias Rommy (Istimewa).

Jember- Pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember (Unej), Dr Muhammad Iqbal menilai kasus operasi tangkap tangan Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Rommy sangat mungkin berefek politik lebih kencang pada pekan-pekan mendatang, terutama pada melonjaknya jumlah pemilih yang ragu-ragu (undecided voters).

Menurutnya lonjakan jumlah tersebut sangat mungkin terjadi karena psikologi politik pemilih yang semula berharap besar pada kekuatan simbol politik Islam, kini menjadi terdegradasi oleh kasus Rommy yang tertangkap KPK karena kasus suap di Kementerian Agama (Kemenag).

"Bukankah rakyat tahu bahwa dipilihnya Ma'ruf Amin sebagaimana yang sering dikampanyekan oleh Rommy sebagai representasi politik Islam dan kepedulian pada ulama. Rommy sebagai orang yang rajin berkampanye tentang hal itu justru terjebak dalam pusaran korupsi dan jelas jadi pukulan telak yang seolah memupus harapan pemilih muslim," ," kata pengajar ilmu Hubungan Internasional FISIP Unej itu, di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (16/03).

Selain itu, lanjut dia, penangkapan OTT yang dilakukan KPK terhadap Rommy jelas sangat berdampak pada nasib Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan para calon legislatifnya yang bertarung dalam Pemilu Legislatif 2019, baik di pusat, provinsi hingga level daerah, sehingga diprediksi akan terjadi penggerusan potensi suara yang sangat besar pada salah satu simbol partai Islam itu.

"Modal sosial berupa social trust dari masyarakat muslim bisa langsung anjlok. Apalagi jika membuka record KPK, mantan Ketum PPP Suryadharma Ali juga terjerat kasus korupsi dana haji dan kini yang dituduhkan pada Rommy terkait 'jual beli' jabatan di Kemenag jelas memicu terjadinya ketidakpercayaan pada tokoh simbol politik Islam," ujarnya.

Pakar komunikasi politik Unej itu menilai masa depan PPP di Pemilu 2019 bisa sangat mungkin suram dan terlempar dari Senayan dan hal tersebut bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi partai politik dan elite-elite partai yang berada di pusaran kekuasaan.

"Pelajaran dari Rommy Effect ada dua yakni seharusnya para politisi berjuang progresif mengedepankan visi kebangsaan berbasis kemuliaan bukan pada nafsu jabatan dan di masa titik paling mendidih, perhelatan pilpres dan pileg, tokoh-tokoh kedua kubu seharusnya semakin berhati-hati, taktis dan strategis, sehingga tidak membuat blunder yang tak bermutu apalagi sampai terjerat kasus pidana korupsi," jelasnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy bersama dua orang lainnya yakni Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi (MFQ) dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Timur Haris Hasanuddin (HRS), bahkan ketiganya resmi ditetapkan sebagai tersangka terkait suap seleksi jabatan di lingkungan Kementerian Agama RI Tahun 2018-2019. (Ant)