Indonesia Kerap Kebobolan Sampah Negara Maju

Indonesia Kerap Kebobolan Sampah Negara Maju Gubernur Jawa Timur, Khofifah meninjau tumpukan sampah kertas impor pabrik kertas sebagai bahan baku kertas di Mojokerto Rabu (20/06)/Foto: Antara.

JAKARTA-Indonesia kerap kebobolan sampah plastik negara maju yang dikirimkan melalui limbah kertas yang menjadi bahan baku pabrik kertas.

Hal itu diungkapkan peneliti BaliFokus/Nexus3, Sonia Buftheim.

Kasus sampah impor tersebut, kata Sonia, seperti yang ditemukan di Batam dan juga terjadi di wilayah Jawa Timur.

Baca juga: Kebijakan Cina Picu Masuknya Sampah Impor ke Indonesia

                   5 Kontainer Sampah AS 'Ditendang' via Tanjung Perak

Sampah plastik dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Uni Eropa, kata dia, bisa masuk karena bercampur dengan limbah kertas yang dikategorikan "green line".

"Kadang kalau dibuka itu tampak kayak kertas tetapi kalau diacak-acak dalamnya sampah smua. Plastik dalam bentuk lembaran bersih kan ringan dan mirip kertas. Jadi, saat di-scan lolos," katanya di Jakarta, Jumat (21/06) malam.

Untuk itu, Sonia menegaskan penting mendesak bagi badan atau kementerian terkait untuk memperbaiki regulasi yang ada.

Menurut dia, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-34, yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 22-23 Juni mendatang menjadi momentum strategis untuk menentukan ketegasan sikap.

Kebijakan yang ada di setiap negara di kawasan Asia Tenggara, sambung dia, juga harus dibenahi untuk menutup celah masuknya sampah plastik dari luar negeri.

China, kata dia, sebelumnya merupakan negara tujuan ekspor limbah plastik dan kertas dari negara-negara Uni Eropa dengan menyerap sekitar lebih dari 56 persen dari total perdagangan limbah (plastik dan kertas).

Amerika Serikat, misalnya, mengirimkan 60 persen limbahnya ke China dan negara-negara Uni Eropa mengirimkan lebih dari 70 persen, kata dia, namun sejak 2018 China membatasi.

"Rasanya perlu ada penguatan kebijakan regional, mengingat setelah China enggak mau menerima sampah plastik lagi, negara-negara Asia Tenggara menjadi 'sasaran' tujuan pembuangan sampah-sampah negara maju," tutupnya. (Ant)