Warga Malang dan Surabaya Antusias Sambut Gerhana Matahari

Warga Malang dan Surabaya Antusias Sambut Gerhana Matahari Kamera khusus gerhana matahari/Foto Ilustrasi: Pixabay

MALANG-Masyarakat Jawa Timur atusias mengamati gerhana matahari sebagian (GMS) hari ini, Kamis (26/12), meski gerhana matahari tak utuh alias sebagian.

Di Kota Malang misalnya, fenomena gerhana matahari cincin disaksikan para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang secara beramai-ramai.

Panitia menyiapkan dua teleskop dan sepuluh kacamata matahari, yang bisa dipergunakan oleh para pecinta astronomi.

"Jika melihat gerhana secara langsung itu berbahaya untuk mata. Karena intensitas yang masuk ke mata tanpa filter, itu cukup tinggi," kata pembina Ulul Al-Bab Astronomi Club UIN Maliki Malang, Rusli, Kamis (26/12).

Pengamatan gerhana matahari cincin di wilayah Kota Malang, jelas Rusli, bisa dilakukan kurang lebih sejak pukul 11.00 WIB hingga 14.00 WIB. Puncak gerhana matahari cincin, bisa terlihat kurang lebih pada pukul 12.54 WIB.

Rusli menambahkan, pengamatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada para mahasiswa dan pecinta astronomi yang ada di wilayah Kota Malang. Karena, meskipun fenomena gerhana matahari cincin terjadi setiap tahun, namun sudut yang terlihat belum tentu sama.

"Kita mengamati gerhana ini karena jarang untuk didapatkan. Pada 2016, juga terjadi gerhana cincin. Meskipun setiap tahun ada, tapi posisinya berbeda-beda," ujarnya.

Selain melakukan pengamatan, pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Malang juga melakukan shalat Kusuf di Masjid At-Tarbiyah, usai melakukan sholat Dzuhur, yang diikuti oleh para mahasiswa dan pecinta astronomi.

Surabaya

Selain di Malang, gerhana matahari parsial disambut warga Surabaya, seperti di Masjid Nasional Al Akbar melalui nonton bareng (nobar). 

"Saya datang bersama anak-anak, keponakan, adik ipar dan mertua. Sayang kalau dilewatkan karena gerhana matahari hanya terjadi beberapa kali seumur hidup," kata Dian Kumalasari, warga Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (26/12).

Masjid Nasional Al Akbar Surabaya menyediakan sembilan teropong bagi masyarakat yang ingin menyaksikan proses gerhana secara langsung. Selain itu juga membagikan sebanyak 99 kacamata gerhana. 

"Sembilan teropong ini kami pinjam dari Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Jawa Timur," ujar Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Masjid Nasional Al Akbar Surabaya Helmy M Noor. 

Sembilan teropong tersebut biasanya hanya dipakai setahun sekali untuk melihat bulan saat menentukan awal dan akhir Ramadhan. 

"Daripada dipakai setahun sekali, kami pinjam untuk edukasi masyarakat menyaksikan fenomena gerhana matahari," ucap Helmy.

Dia menyebut masyarakat yang datang mencapai 10 ribu lebih. 

"Semula kami prediksi masyarakat yang datang hanya sekitar 1.000 atau 2 ribu orang. Ternyata yang datang 10 ribu orang lebih. Ini menandakan antusias masyarakat untuk belajar astronomi tinggi," ujarnya.

Masjid Nasional Al Akbar juga menggelar salat gerhana matahari pada sekitar pukul 12.40 WIB, yang turut dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Menurut Helmy, ada tiga aspek yang disasar dari penyelenggaraan nonton bareng proses gerhana matahari di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.

"Pertama adalah aspek wisata. Kebetulan bersamaan dengan liburan anak-anak sekolah, sehingga mereka bisa berwisata ke Masjid Nasional Al Akbar Surabaya," katanya.

Kedua adalah aspek edukasi untuk belajar ilmu astronomi, sertia ketiga adalah aspek religi, dengan mengikuti salat gerhana matahari berjamaah di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.

Gubernur Khofifah mengapresiasi kegiatan nonton bareng gerhana matahari yang digelar di halaman Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.

"Saya lihat selain menyediakan sembilan teropong, juga ada beberapa astronom di sini, sehingga masyarakat bisa bertanya-tanya langsung tentang ilmu astronomi kepada ahlinya," tutupnya. (Ant)