Warga Kediri Protes Pencemaran Limbah Pabrik

Warga Kediri Protes Pencemaran Limbah Pabrik Ilustrasi pencemaran, Foto: Pixabay.

Kediri - Puluhan Warga Desa Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, melakukan aksi di depan pabrik PT Mahatex Indah yang baru beroperasi terkait kebocoran limbah pabrik tersebut.

Namun, aparat kepolisian yang sudah di lokasi meminta warga membubarkan diri dengan alasan aksi tidak ada izin.

Setelah negosiasi, sekitar lima orang perwakilan diizinkan masuk untuk berdialog dengan manajemen. Warga berharap kebocoran tersebut segera ditangani oleh manajemen pabrik.

"Yang dikeluhkan warga dari bising suara, asap dan debu yang menyebabkan gatal hingga limbah. Ada cairan berwarna seperti teh bercampur dengan air sungai di dekat pabrik," kata Dedi Rahmat, salah seorang warga sekitar di Kediri, Jumat (23/11).

Kebocoran limbah itu diketahui sejak awal pabrik beroperasi sekitar dua bulan lalu. Warga sangat khawatir sebab pabrik yang beroperasi itu adalah tekstil dengan berbagai macam produk kain.

Rembesan air yang diduga bercampur dengan limbah pabrik bisa menyebar hingga ke perkampungan warga.

Selain limbah yang diduga mencemari air sungai, warga juga mencium aroma seperti ban terbakar. Warga juga sudah memberikan aduan terkait dengan berbagai masalah itu ke pihak pabrik, namun hingga kini belum ada langkah yang pasti untuk mengatasinya.

"Sejak beroperasi kami sudah mediasi secara kekeluargaan, sudah dikumpulkan di rumah kasun dan dari pihak pabrik berjanji dua pekan. Namun, dua pekan kami tunggu tidak ada respons," kata dia.

Sementara itu, Manajer HRD PT Mahatex Indah Tri Rahayu mengakui jika terjadi kebocoran di sarana ipal yang ada di dalam pabrik. Ia juga tidak menyangka jika hal itu terjadi, sebab sebelum pabrik resmi beroperasi sudah dilakukan uji coba dan saat itu tidak ada masalah.

"Ada sedikit permasalahan kebocoran. Nanti kami benahi kebocoran yang ada. Nanti juga kami buatkan dam permanen, jadi jika ada kebocoran tidak mengganggu warga, tapi ganggu kami sendiri. Jadi kami harus menghindari 'human error'," ujarnya.