Wacana Poros Baru Pilkada Surabaya, PKS: Harap Sabar, Masih Dalam Proses

Wacana Poros Baru Pilkada Surabaya, PKS: Harap Sabar, Masih Dalam Proses Bakal Calon Wali Kota Surabaya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Reni Astuti mendapat dukungan warga Pulo Tegal Sari, Wonokromo, Kota Surabaya. (Antara )

SURABAYA-Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menanggapi adanya wacana berkoalisi dengan Partai Golkar untuk membentuk poros baru di Pilkada Surabaya yang akan digelar pada September 2020.

"Komunikasi masih terbuka dengan semua partai dan semua kandidat," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya dari PKS, Reni Astuti di Surabaya, Kamis (20/02).

Diketahui PKS sendiri memiliki lima bakal cawali Surabaya hasil penjaringan internal yakni Sigit Sosiantomo (anggota DPR RI), Ahmad Jabir (Ketua MPW PKS Jawa Timur), Akhmad Suyanto (Ketua Umum DPD PKS Kota Surabaya sekaligus anggota DPRD empat periode), Reni Astuti (Wakil Ketua DPRD Surabaya) dan Achmad Zakaria (anggota DPRD Surabaya periode 2014 - 2019 sekaligus Ketua Bidang Kepemudaan DPW PKS Jawa Timur).

Saat ditanya sejauh mana komuniksi PKS dan Golkar dalam membentuk poros baru mengingat jumlah kursi dan perolehan suara hasil Pemilu 2019 gabungan dua parpol tersebut sudah bisa mencalonkan sendiri di Pilkada Surabaya, Reni mengatakan semua pihak perlu bersabar karena masih dalam proses.

"Telur dadar ikan pepes, sabar yo mas, masih proses," kata politikus PKS ini.

Reni sendiri yang namanya masuk dalam penjaringan internal bakal calon wali kota mengaku telah siap jika nantinya partai menunjuknya sebagai bakal calon wali kota, calon wakil wali kota maupun tim sukses.

"Mohon doanya, kami dari PKS pecah telor bisa mengusung dan memenangkan kader PKS jadi pimpinan daerah di Surabaya. Siapapun yang akan didefinitifkan nantinya, maka kami siap menjadi calon dan tim sukses," katanya.

Menurut Reni, Kota Surabaya dengan penduduk yang multikultural itu memiliki banyak potensi sumber daya. Untuk menggali potensi tersebut, lanjut dia, kuncinya adalah gotong royong dan kolaborasi.

"Kita perhatikan, potensi sumber daya itu bisa dilakukan gotong royong dan dikolaborasikan. Saya kira itu semangat Indonesia. Tidak cukup membangun Surabaya dengan Rp10 triliun (APBD Surabaya 2020) atau lebih lagi Rp12 triliun. Tapi semua itu membutuhkan kolaborasi dan kerja sama banyak pihak," ujarnya.

Menurut Reni, kalau bicara Surabaya sebagai kota yang maju atau kota yang lebih baik, tentu adalah kota yang mengedepankan kota yang berkelanjutan.

"Itu menjadi ciri khas bagi kota metropolitan seperti Surabaya. Kalau bicara itu, maka SDM, infrastruktur dan keamanan kota menjadi prioritas," katanya.

Ia mencontohkan beasiswa perguruan tinggi, Pemkot Surabaya bisa menyekolahkan anak-anak dari keluarga tidak mampu itu dengan membutuhkan anggaran Rp20 miliar.

"Tidak mustihail kalau anggaran ini dilipatkan gandakan dua kali lipat atau tiga kali lipat. Tentunya itu bisa menuntaskan anak-anak Surabaya bisa mengenyam pendidikan sarjana," katanya. (Ant)