Pesan Mantan Napi Teroris Jebolan Kampus

Pesan Mantan Napi Teroris Jebolan Kampus Foto ilustrasi/Foto: flickr.com

JEMBER-Mantan narapidana teroris, Kurnia Widodo meminta pihak kampus perlu mewaspadai mahasiswa yang sikapnya berubah secara tiba-tiba seperti tidak mau beribadah dengan kawan lainnya (tertutup), mengkafirkan orang yang tidak sepaham, tidak mengakui negara, dan membatasi pergaulan secara sepihak atau bahkan meninggalkan kuliah.

"Ada kemungkinan mahasiswa tersebut sudah terpapar radikalisme, sehingga perlu dilakukan pendekatan persuasif jika menemukan mahasiswa seperti itu," katanya saat menjadi pembicara kegiatan Dialog Pelibatan Civitas Akademika Dalam Pencegahan Terorisme Melalui FKPT Jawa Timur, di Kampus Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu (24/07).

Kurnia memaparkan pengalamannya saat masuk kelompok radikalisme karena beberapa di antara pelaku terorisme adalah lulusan kampus, termasuk dirinya yang awalnya mengikuti semacam pengajian atau dauroh dan mulai terpengaruh, sehingga kemudian masuk ke dalam kelompok teroris.

Dengan latar belakang pendidikan bidang teknik kimia, Kurnia Widodo bertugas sebagai perakit bom di kelompoknya.

Kurnia meminta pengelola kampus memperhatikan betul kondisi mahasiswanya agar terhindar dari pengaruh paham-paham radikal yang bisa mengarah kepada aksi terorisme.

"Kampus harus aktif memberikan pembinaan kepada mahasiswa dengan memberikan wawasan keagamaan dan sosial budaya yang benar dengan berbagai cara, mulai membina masjid hingga mengawasi kegiatan-kegiatan berkedok training, pengajian atau tabligh akbar," katanya.

Bagi mahasiswa, lanjut dia, jangan mudah percaya kepada informasi yang belum jelas atau kabar bohong, sehingga jangan mudah kagum pada orang yang dianggap ulama, padahal belum jelas latar belakangnya.

Dia berharap mahasiswa selalu melakukan saring sebelum sharing informasi dan aktif mencari informasi lain sebagai pembanding.

"Keberadaan media sosial juga mempercepat penyebaran paham radikalisme, sehingga perlu dilakukan pemetaan terhadap potensi-potensi radikalisme di kampus seperti Universitas Jember," tutupnya. (Ant)