Pengusaha Tahu Tropodo 'Tobat' Pakai Limbah Plastik

Pengusaha Tahu Tropodo 'Tobat' Pakai Limbah Plastik Seorang pekerja pabrik tahu memasukkan plastik ke tungku pembakaran di salah satu pabrik tahu di Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jatim, Rabu (20/11). (Foto: Antara Foto/Zabur Karuru)

SIDOARJO-Zainal, seorang perajin atau pengusaha tahu Desa Tropodo, Kec. Krian, Kab. Sidoarjo, mengaku selama ini sempat menggunakan plastik sebagai bahan bakar.

Namun, setelah didorong untuk menggunakan kayu dirinya tidak lagi menggunakan plastik sebagai bahan bakar.

"Kami belum tahu perbandingan menggunakan kayu dibandingkan menggunakan plastik, karena masih perdana," tutur Zainal.

Jika menggunakan bahan bakar plastik, jelas Zainal, dibutuhkan sekitar 4 pikap bahan bakar plastik.

"Semoga dengan kayu bisa lebih irit dan juga bisa lebih ramah lingkungan," ujarnya.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur (Jatim) telah mendorong pabrik kertas di Jatim untuk menyalurkan kayu bekas kepada perajin tahu di Desa Tropodo Sidoarjo yang pakai limbah plastik sebagai bahan bakar.

"Kami mendorong kepada pabrik pengolahan kertas tersebut supaya menyalurkan kayu palet yang tidak terpakai kepada industri kecil menengah (IKM) tahu di Tropodo Krian ini," ujar Kepala DLH Jatim, Diah Susilowati saat dikonfirmasi di Krian, Sidoarjo, Rabu (27/11).

Hal itu, jelas Diah, dilakukan karena para perajin tahu selama ini yang menggunakan limbah sampah plastik mereka untuk bahan bakar pembuatan tahu.

"Seperti yang sudah dilakukan oleh pabrik pengolahan kertas PT Suparma ini yang menyalurkan kayu palet mereka untuk disumbangkan kepada perajin tahu di Sidoarjo ini," terangnya.

BACA JUGA: 
Pabrik Tahu Pakai Plastik, Pemda Diminta Proaktif
Heboh Telur Ayam Mengandung Limbah Plastik
Duh, Pabrik Tahu di Sidoarjo Pakai Plastik Impor
Pemprov Mediasi Pengusaha Tahu Pakai Sampah Plastik

Pihaknya berharap tidak hanya pabrik pengolahan kertas saja yang diharapkan bisa membantu perajin tahu, namun juga perusahaan-perusahaan lainnya yang memiliki limbah kayu supaya bisa disalurkan ke perusahaan tahu dalam program bina lingkungan mereka.

"Saya kira di Jawa Timur jumlahnya cukup banyak, dan mampu membantu perajin tahu sambil pemerintah menemukan formula yang tepat kepada para perajin ini," tutupnya. (Ant)