Masif, Kebakaran Hutan dan Lahan 2019 di Jatim

Masif, Kebakaran Hutan dan Lahan 2019 di Jatim Petugas padamkan api kebaran/foto ilustrasi (flickr.com).

JAKARTA-Kekeringan ekstrem telah memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayah Jawa Timur. Merujuk data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur rentang bulan Juli dan Agustus 2019 ini, beberapa titik wilayah hutan mengalami kebakaran cukup luas.

Wilayah itu tersebar di beberapa Kabupaten Jawa Timur seperti di Tuban, Bondowoso, Situbondo, Madiun, Nganjuk, Malang dan Batu denga luas yang cukup masif.

Pun dengan kawasan pegunungan seperti Gunung Panderman, Arjuno dan Welirang yang masuk dalam kawasan Malang Raya (Batu, Malang, sebagian Mojokerto dan Pasuruan).

Rinciannya, di Panderman 2.452 hektar, Arjuno sekitar hampir 3.000 hektar.

Sementara, merujuk data KLHK sepanjang tahun 2019 dengan data terkumpul sampai bulan Mei, ada sekitar 2.452 hektar hutan yang terbakar.

Melihat riwayat kebakaran hutan tahun sebelumnya, kebakaran kawasan hutan di Jawa Timur cukup stabil dalam arti tidak ada penurunan yang cukup signifikan, kecuali pada tahun 2016 dimana tercatat tidak ada kebakaran kawasan hutan.

Sedangkan pada tahun 2014 ada sekitar 4.995 hektar kawasan hutan yang terbakar, lalu meningkat menjadi 7.996 hektar di tahun 2015.

Berlanjut pada 2017, tercatat ada sekitar 5.116 hektar hutan yang terbakar. Angka tersebut kembali naik di tahun 2018 dengan luasan area hutan yang terbakar sekitar 7.279 hektar.

Untuk tahun 2019 ada catatan yang paling menarik dan perlu diperhatikan adalah ada beberapa kawasan lindung yang terbakar, yakni kawasan Taman Nasional Baluran di Situbondo dan beberapa kawasan hutan di Probolinggo dan Pasuruan.

Pemicu kebakaran

Catatan Manajer Pendidikan Walhi Jatim, Wahyu Eka Setyawan menyebut pemicu kebakaran karena kemarau ekstrem, peningkatan suhu yang mengakibatkan beberapa wilayah hutan yang kering rentan terbakar.

"Kelalaian manusia, baik secara individu ataupun disengaja. Faktor individu misalnya, hutan yang terbakar karena kelalaian manusia dengan meninggalkan putung rokok sembarangan atau bekas pembakaran sampah yang dibiarkan begitu saja. Untuk di wilayah gunung beberapa faktor kebakaran juga dipicu oleh kelalaian pendaki gunung yang meninggalkan bekas api," tulis Wahyu mengutip laman resmi Walhi. 

Rata-rata hutan yang terbakar di wilayah Jatim, sambung wahyu, berada dalam kekuasaan dan pengelolaan Perhutani, khususnya untuk hutan lindung dan produksi. Selanjutnya berada di kawasan BKSDA terutama di wilayah Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa dan kawasan kelola Balai Taman Nasional yang di bawah KLHK. 

Menurutnya, faktor kerusakan lingkungan hidup, terutama kebakaran hutan dan lahan bukan dikarenakan faktor yang cenderung parsial, atau situasi yang terpisah-pisah dan berdiri sendiri, seperti kesalah individu atau faktor alam. 

"Pada realitasnya ada faktor yang saling korelasional antara satu penyebab dengan penyebab lainnya, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan secara masif hingga mengakibatkan bencana yang meluas, dalam konteks ini akan memicu krisis ekologi skala planet," tutup wahyu.