Kemarau Ancam 500 Hektare Tanaman Sayur, Harga Hancur

Kemarau Ancam 500 Hektare Tanaman Sayur, Harga Hancur Ilustrasi (Pixabay).

MAGETAN-Kurang lebih 500 hektare tanaman sayuran di lereng Gunung Lawu Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terdampak kemarau panjang.

Akibatnya, tanaman kekurangan air dan ratusan hektare mengering.

"Ada sekitar 500 hektare lahan tanaman sayuran di daerah sini yang terdampak, sebanyak 200 hektare di antaranya telah kering. Lama-lama tanaman bisa layu, kering, dan mati karena kurang air," tutur seorang petani sayuran di Desa Bulugunung, Kecamatan Plaosan, Magetan, Subagyo, di Magetan, Kamis (17/10).

Selain kemarau, matinya sayuran tersebut juga disebabkan pasokan air irigasi dari Telaga Sarangan terhenti setelah pihak pengelola air dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo memutuskan menutup pintu air irigasi.

BACA JUGA: Harga Hancur, Petani Biarkan Tomat Membusuk

Petani setempat semakin menderita lantaran harga jual sayuran jatuh.

"Seperti harga tomat hanya di kisaran Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram di tingkat petani. Daun seledri anjlok dari Rp10.000 menjadi Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilonya. Rugi ini kami," ungkap Subagyo.

Guna mengurangi kerugian yang lebih besar, petani segera memanen sayurannya sebelum tanaman tersebut mati kekeringan.

Supanji, seorang petani sayur lainnya di Desa Buluharjo, Plaosan, mengaku sudah sebulan lebih tanaman kubis miliknya tidak mendapat pasokan air.

"Tanaman kubis menjadi layu dan bahkan sebagian telah mengering. Akibatnya tanaman mati dan gagal panen," ucapnya.

Supanji mengaku baru tahun ini pengalaman pahit dialaminya saat menanam sayuran di lereng Gunung Lawu.

Pada tahun sebelumnya, pasokan air irigasi dari Telaga Sarangan masih mencukupi meski musim kemarau. (Ant)