Elektabilitas dan Popularitas Whisnu Tertinggi di Pilkada Surabaya

Elektabilitas dan Popularitas Whisnu Tertinggi di Pilkada Surabaya Pusat Riset Pilkada Jatim JTV bersama dengan Tim Survei Pilkada Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merilis hasil survei terkait dengan Pilkada Surabaya di JTV Surabaya.

SURABAYA-Hasil riset yang dilakukan Pusat Riset Pilkada JTV bekerja sama dengan Tim Survei Pilkada ITS menyebut tingkat popularitas dan elektabilitas bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya masih diungguli oleh Whisnu Sakti Buana.

"Sebagai bagian dari pasangan yang sedang menjabat (petahana) Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana meraih pengenalan tertinggi hingga 39,21persen," kata Kepala Pusat Studi Potensi Daerah Dan Perberdayaan Masyarakat LPPM Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sutikno saat merilis hasil survei di JTV Surabaya, Kamis (20/02).

Dari sisi popularitas, kata Sutikno, nama-nama yang sudah banyak dikenal publik mencapai tingkat pengenalan (popularitas) yang merata.

Selain itu, dua figur muda, yakni anggota DPR RI dari Partai Golkar Adies Kadir dan Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda mendekati Wisnu di posisi kedua dan ketiga dengan tingkat pengenalan 30,90 persen dan 29,66 persen.

Nama-nama lain yang punya potensi besar siap mendongkrak popularitas dengan berbagai aktivitas adalah politikus kawakan Fandi Utomo 25,73 persen, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi 17,84 persen, dan mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin 11,93 persen.

Pengacara dan bakal calon lewat jalur independen M. Sholeh meraih popularitas hampir setara dengan tokoh asal Jombang Zahrul Azhar Asumta yang akrab dipanggil Gus Hans dengan perolehan popularitas masing-masing 6,70 persen dan 5,60 persen.

Figur lain yang juga muncul dalam survei tingkat keterkenalan adalah Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan Fathul Muid 5,00 persen, Ketua Partai Berkarya Surabaya Usman Hakim 3,84 persen, Ketua Partai Perindo Surabaya Samuel Teguh 3,32 persen, dan Dirut PDAM Surabaya Mujiaman Sukirno 2,94 persen.

Berbeda dengan popularitas, saat ditanyakan apakah akan memilih figur yang dikenal tersebut jika mencalonkan diri sebagai wali kota (elektabilitas)? Terjadi perubahan pilihan di kalangan pemilih.

"Itu terjadi karena responden yang kenal belum tentu memilih, sebaliknya yang memilih pasti sudah kenal baik," ujar Sutikno.(Ant)