Bentangan Spanduk Soeharto Ekspresi Kerinduan Masyarakat

Bentangan Spanduk Soeharto Ekspresi Kerinduan Masyarakat Salah satu spanduk Soeharto yang terbentang di Surabaya/Foto: Kabargreescom.

Surabaya - Sebaran spanduk bergambar mantan Presiden RI Soeharto yang dipasang di berbagai lokasi di Surabaya, Jawa Timur dinilai wajar di alam demokrasi.

"Sah-sah saja, wajar dalam demokrasi. Tidak ada sesuatu yang dilanggar," ujar Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara dihubungi Jatimpos.id, Selasa (11/12).

Menurutnya, bentangan spanduk yang tersebar di sejumlah jalan, seperti di  Jalan Raya Diponegoro, Jiwo dan Ngagel merupakan ekspresi kerinduan masyarakat akan figur Soeharto.

"Kerinduan akan figur Soeharto bagi masyarakat adalah hal yang wajar. Tentu masyarakat juga punya hak membandingkan keadaan sosio ekonomi, sosio politik era Soeharto dengan era sekarang ini," terangnya.

Menurutnya kondisi bangsa saat ini khususnya terkait tindak pidana korupsi tidak lebih baik dari era sebelumnya.

"Puluhan bahkan ratusan Kepala Daerah baik  Gubernur, Bupati, Walikota dan pejabat negara lainnya banyak yang terlibat korupsi," bebernya.

“Sebaiknya kita semua jujur, mengakui dan membenarkan apa yang disampaikan Mas Prabowo tentang kondisi kronis korupsi di Indonesia,” pungkasnya.

Diketahui, bentangan spanduk bertuliskan "Soeharto Bapak Pembangunan" dan "Soeharto Bapak Bangsa" tersebut menyita perhatian para pelintas jalan, bahkan mereka berhenti sejenak untuk membaca pesan di spanduk tersebut lalu pergi.

“Mangkanya tidak benar tuduhan Ahmad Basarah Wasekjen PDIP jika pak Harto guru korupsi. Biarlah masyarakat yang menilai pernyataan Ahmad Basarah tersebut, ” kata Deny ketua DPW Laskar Berkarya Jatim mengutip kabargress.com.

Pihaknya sengaja memasang spanduk itu di beberapa titik jalan di Kota Surabaya untuk mengingatkan masyarakat akan kontribusi Soeharto terhadap negara.

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Wasekjen) PDI Perjuangan, Ahmad Basarah yang menyebut 'Soeharto guru korupsi' yang dilontarkannya usai menghadiri acara di Megawati Institute, Menteng, Jakarta, pada November lalu.