Mengenal Sejarah dan Makna Filosofis Lebaran Ketupat

Mengenal Sejarah dan Makna Filosofis Lebaran Ketupat Pedagang janur ketupat (Flickr.com).

SURABAYA-Hampir semua wilayah di Jawa Timur mengenal tradisi Lebaran Ketupat yang diadakan tanggal 8 Syawal tiap tahunnya.

Tradisi yang digelar serentak hari ini, Rabu (12/06), tersebut juga dikenal dengan syawalan karena memang jatuh pada bulan Syawal (penanggalan Hijriah dan Jawa).

Secara filosofis kata "ketupat" atau "kupat" dalam Bahasa Jawa artinya mengaku lepat (mengakui kesalahan)  melaui sungkeman anak kepada orang tua, yang menandakan permohonan maaf anak dan orang tua, warga kampung maupun sanak saudara.

Dalam sejarahnya, Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga dengan dua istilah "bakda" kepada masyarakat Jawa, "Bakda Lebaran" dan "Bakda Kupat."

"Bakda Lebaran" berarti prosesi pelaksanaan shalat Ied satu Syawal hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim.

Sementara "Bakda Kupat" dimulai seminggu sesudah Lebaran dimana muslim Jawa umumnya membuat ketupat.

Terdapat aneka macam bentuk ketupat yang dimiliki tiap-tiap daerah di Jawa dengan arti dan maksud tersendiri.

Misalnya, Ketupat Bawang khas Madura, ketupat ini berbentuk persegi empat dan dianggap sebagai ketupat penyedap, sebagaimana bumbu masak berupa bawang.

Juga ada Ketupat Glabed yang dipopulerkan oleh masyarakat Tegal. Kupat Glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah berwarna kuning kental.

Ada pula Ketupat Bebanci khas Betawi, Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utamanya adalah ketupat.

Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah. (NU Online)